WAWANCARA KERJA

Selamat datang di blog kami, sebuah blog yang membahas pelajaran Bahasa Inggris, Info guru, dan Soal-soal CPNS. Pada kesempatan kali ini, kami hanya ingin membahas mengenai tes wawancara kerja. Bagi yang telah dinyatakan lolos CPNS tes Kompetensi Dasar, maka tahap selanjutnya adalah mengikuti Tes Kompetensi Bidang dan Tes Wawancara. Kami akan membahas mengenai pengertian dari tes wawancara, diantaranya informasi mengenai jenis wawancara kerja, tujuan dari wawancara kerja, dan teknik wawancara kerja. Pembahasan yang pertama yaitu Jenis wawancara kerja. Dalam dunia kerja, dikenal beberapa jenis wawancara kerja. Apa saja jenis-jenis wawancara kerja tersebut? Kami sebagai berikut :

Jenis Wawancara Kerja

Jika pelamar atau kandidat untuk menduduki jabatan berjumlah lebih dari satu orang maka  dilakukan wawancara kerja  untuk menyeleksi siapa diantara kandidat tersebut merupakan kandidat yang paling qualified sehingga bisa dilanjutkan ke tahap seleksi berikutnya. Wawancara seleksi biasanya  berlangsung singkat antara 15 – 30 menit.

Demi menghemat biaya dan  efisiensi waktu, banyak recruiter yang melakukan wawancara kerja melalui telepon. Oleh sebab itu, pelamar harus siap dihubungi sewaktu- waktu, sebab seringkali recruiter tidak memberikan pilihan bagi pelamar untuk menentukan waktu kapan ia siap diwawancarai melalui telepon.
 
Meskipun tidak banyak perusahaan yang melakukan wawancara kerja di kampus,   namun untuk perusahaan-perusahaan tertentu yang mencari para lulusan untuk dilatih lebih lanjut, cara ini dinilai sangat efektif karena memberikan akses bagi perusahaan tersebut untuk mendapatkan kandidat terbaik yang mungkin sangat sulit diperoleh jika menunggu para kandidat tersebut datang melamar.

Pameran kerja diadakan untuk menjembatani perusahaan dengan para pencari kerja. Pada pameran kerja biasanya, perusahaan memberikan berbagai :
- informasi mengenai perusahaannya, menerima surat lamaran dan CV dari pengunjung (pencari kerja), bahkan tidak jarang para recruiter langsung melakukan wawancara di stand (booth) mereka. Di Indonesia memang pameran seperti  ini masih sangat jarang dilaksanakan jika dibandingkan dengan pameran otomotif, rumah maupun furniture.
- Wawancara di Lokasi Kerja (On-Site Interview). Ketika seorang  kandidat telah lolos dalam tahap wawancara seleksi, seringkali perusahaan mengundang kandidat tersebut untuk melihat secara
- langsung lokasi kerja. Pada kesempatan tersebut recruiter biasanya langsung melakukan wawancara secara mendalam. Bagi pelamar yang belum memiliki pengalaman kerja pada lokasi yang lingkungannya kurang lebih sama, wawancara kerja di lokasi mungkin bisa terasa menakutkan karena
- mungkin harus melakukan perjalanan dan berada di wilayah yang tidak ia kenal.
- Wawancara Kelompok (Panel or Group Interview). Wawancara kelompok adalah suatu jenis wawancara kerja dimana para pewawancara (recruiter) terdiri dari 2 (dua) orang atau lebih. Biasanya
- wawancara jenis ini dilakukan jika perusahaan memandang bahwa pelamar sudah hampir memenuhi syarat untuk diterima bekerja. Biasanya para penanya dalam wawancara inilah yang memiliki wewenang untuk memutuskan apakah pelamar akan diterima bekerja atau tidak.
- Wawancara Kasus (Case Interview). Wawancara kerja jenis ini menekankan pada kemampuan analisis dan pemecahan masalah  terhadap suatu kasus tertentu. Biasanya dalam wawancara kasus, pelamar diminta untuk berperan sebagai pemegang jabatan yang ditawarkan, lalu diberikan sebuah kasus untuk dicarikan solusinya.

Tujuan Wawancara Kerja 
  
Wawancara kerja (job interview) saat ini merupakan salah satu  aspek penting dalam proses rekrutmen dan seleksi karyawan. Meskipun  validitas wawancara dianggap lebih rendah jika dibandingkan dengan  metode seleksi yang lain seperti psiko test, namun wawancara memiliki berbagai kelebihan yang memudahkan petugas seleksi dalam  menggunakannya.  Apapun penilaian pelamar (calon karyawan), wawancara kerja  sebenarnya memberikan suatu  kesempatan atau peluang bagi pelamar untuk mengubah lowongan kerja menjadi penawaran kerja.  Mengingat  bahwa wawancara kerja tersebut merupakan suatu proses pencarian  pekerjaan yang memungkinkan  pelamar untuk memperoleh akses langsung  ke perusahaan (pemberi kerja), maka "performance"  wawancara kerja merupakan suatu hal yang sangat krusial dalam  menentukan apakah pelamar akan diterima atau ditolak.  Bagi si pelamar, wawancara kerja memberikan kesempatan kepadanya  untuk menjelaskan secara langsung pengalaman, pengetahuan,  ketrampilan, dan berbagai faktor  lainnya yang berguna untuk meyakinkan perusahaan bahwa dia layak (qualified) untuk melakukan  pekerjaan (memegang jabatan) yang ditawarkan. Selain itu wawancara  kerja juga memungkinkan pelamar untuk menunjukkan kemampuan interpersonal, professional, dan  gaya hidup atau kepribadian  pelamar. Jika di dalam CV (Curriculum Vitae) pelamar hanya bisa  mengklaim bahwa dirinya memiliki kemampuan komunikasi dan interpersonal yang baik, maka dalam wawancara dia diberi kesempatan  untuk membuktikannya.  Bagi perusahaan, wawancara kerja merupakan salah satu cara  untuk  menemukan kecocokan antara  karakteristik pelamar dengan dengan  persyaratan jabatan yang harus dimiliki pelamar tersebut untuk memegang jabatan / pekerjaan yang ditawarkan. Secara umum tujuan dari wawancara kerja adalah sebagai berikut : 
 
- Untuk mengetahui kepribadian pelamar 
- Mencari informasi relevan yang dituntut dalam persyaratan jabatan 
- Mendapatkan informasi tambahan yang diperlukan bagi jabatan dan  perusahaan 
- Membantu perusahaan untuk mengidentifikasi  pelamar-pelamar yang  layak untuk diberikan penawaran kerja.

Teknik Wawancara Kerja

Dua teknik wawancara yang biasa dipergunakan perusahaan dalam melakukan wawancara kerja adalah wawancara kerja tradisional dan wawancara kerja behavioral. Dalam prakteknya perusahaan seringkali mengkombinasikan kedua teknik ini untuk memperoleh data yang lebih akurat.

1. Wawancara kerja tradisional menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka seperti "mengapa anda ingin bekerja di perusahaan ini", dan "apa kelebihan dan kekurangan anda". Kesuksesan atau kegagalan dalam wawancara tradisional akan sangat tergantung pada kemampuan si pelamar dalam berkomunikasi menjawab pertanyaan-pertanyaan, daripada kebenaran atau isi dari jawaban yang diberikan. Selain itu pertanyaan-pertanyaan yang diajukan lebih banyak bersifat mengklarifikasikan apa yang ditulis dalam surat lamaran dan CV pelamar. Dalam wawancara kerja tradisional, recruiter biasanya ingin menemukan jawaban atas 3 (tiga) pertanyaan: apakah si pelamar memiliki pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan, apakah si pelamar memiliki antusias dan etika kerja yang sesuai dengan harapan recruiter, dan apakah si pelamar akan bisa bekerja dalam team dan memiliki kepribadian yang sesuai dengan budaya perusahaan. 

2. Wawancara kerja behavioral didasarkan pada  teori bahwa "performance" (kinerja) di masa lalu merupakan indikator terbaik untuk meramalkan perilaku pelamar di masa mendatang. Wawancara kerja dengan teknik ini sangat sering digunakan untuk merekrut karyawan pada level managerial atau oleh perusahaan yang dalam operasionalnya sangat mengutamakan masalah- masalah kepribadian. Wawancara kerja behavioral dimaksudkan untuk mengetahui respon pelamar terhadap suatu kondisi atau situasi tertentu sehingga pewawancara dapat melihat bagaimana pelamar memandang suatu tantangan/permasalahan dan menemukan solusinya. Pertanyaan-pertanyaan yang biasanya diajukan antara lain: "coba anda ceritakan pengalaman anda ketika gagal mencapai target yang ditetapkan", dan "berikan beberapa contoh tentang hal-hal apa yang  anda lakukan ketika anda dipercaya menangani beberapa proyek  sekaligus". Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut si pelamar perlu mempersiapkan diri untuk mengingat kembali situasi, tindakan dan hasil yang terjadi pada saat yang lalu. Selain itu, sangat penting bagi pelamar untuk memancing pertanyaan-pertanyaan lebih lanjut dari pewawancara agar dapat menjelaskan secara rinci gambaran situasi yang dihadapinya. Untuk itu diperlukan ketrampilan berkomunikasi yang baik dari si pelamar. Keberhasilan atau kegagalan dalam wawancara ini sangat tergantung pada kemampuan pelamar dalam menggambarkan situasi yang berhubungan dengan pertanyaan pewawancara secara rinci dan terfokus. Dalam wawancara kerja behavioral, si pelamar harus dapat menyusun jawaban yang mencakup 4 (empat) hal: (1) menggambarkan situasi yang terjadi saat itu, (2) menjelaskan tindakan-tindakan yang diambil untuk merespon situasi yang terjadi, (3) menceritakan hasil yang dicapai, dan (4) apa hikmah yang dipetik dari kejadian tersebut (apa yang dipelajari). Dalam  wawancara behavioral ini  teknik yang paling sering dipergunakan adalah yang disebut S-T-A-R atau S-A-R atau P-A-R.
 
A. Situation/Problem/Task

Pelamar diminta untuk menggambarkan situasi yang terjadi atau tugas- tugas yang harus dilaksanakannya pada masa lalu. Pelamar harus menggambarkan situasi atau tugas tersebut secara spesifik, rinci dan mudah dipahami oleh pewawancara. Situasi atau tugas yang digambarkan dapat berasal dari pekerjaan sebelumnya, pengalaman semasa sekolah, pengalaman tertentu, atau berbagai kejadian yang relevan dengan pertanyaan si pewawancara

B. Action

Pelamar diminta untuk menggambarkan tindakan-tindakan yang diambil dalam menghadapi situasi / masalah / tugas di atas. Dalam hal ini pelamar harus bisa memfokuskan pada permasalahan. Meskipun mungkin permasalahan yang ada ditangani oleh beberapa orang atau team, pelamar harus memberikan penjelasan tentang apa saja peranannya dalam team tersebut – jangan mengatakan apa yang telah dilakukan oleh team tetapi apa yang telah dilakukan pelamar sebagai bagian dari team.

C. Results

Pelamar diminta menjelaskan hasil-hasil apa saja yang dicapai. Apa   saja hambatan yang terjadi jika hasil tidak tercapai. Apa yang terjadi kemudian setelah permasalahan tersebut selesai dikerjakan. Lalu apa pelajaran yang dapat dipetik oleh pelamar dari kejadian tersebut.

Sumber : cpnsonline.com
           

0 comments:

Posting Komentar

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner